FILSAFAT DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Kumara
Mahmud Pratama S.S., S.Pd.
Filsafat tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia, karena sejarah filsafat erat kaitannya dengan sejarah
manusia pada masa lampau. Filsafat yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat
kaitannya dnegan nilai-nilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai
pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang
terkandung dalam filsafat tersebut. Oleh karena itu suatu filsafat yang
diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa akan berkaitan erat dengan sistem
pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat dan bangsa tersebut.
Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam
masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah,perguruan tinggi, atau
lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja mentransformasikan warisan
budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari
generasi ke generasi.
Filsafat pendidikan bersandarkan
pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah
pendidikan merupakan kasakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan
berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti :
1. Hakikat
kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya.
2. Hakikat
manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan.
3. Hakikat
masyarakat, karena pendidikan pada dasamya merupakan suatu proses sosial.
4. Hakikat
realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.
Filsafat pendidikan ini sebagai
usaha untuk mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan itu. Adapun filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari
dan berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis.
Agar pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat pesar peranannya
dalam membina kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini. Filsafat
pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan yang
merupakan kumpulan dari prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang.
Pendidikan membutuhkan
filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas,
lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun
fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains
pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari tentang masalah-masalah pendidikan secara mendalam, sistematis dan
menyeluruh. Baik yang menyangkut asas tujuannya maupun mengenai masalah-masalah
yang menyangkut dengan kurikulum, metode, alat, faktor pendidikan dan usaha
mengintegrasikan semua ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pembantu serta
cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya.
1. Ruang Lingkup
Filsafat dan filosof berasal dari
kata Yunani, yaitu Philosophia dan philosophos. Menurut bentuk kata, seorang
philosophos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Pendapat lain mengatakan
bahwa filsafat menurut asal katanya adalah "cinta
akan kebenaran", yang berasal dari bahasa Yunani philos (cinta) dan shopia
(kebenaran). Ada juga yang berpendapat bahwa, kata falsafah berasal dari bahasa
Yunani Kuno, apabila diterjemahkan secara bebas berarti "cinta akan hikmah". Dengan demikian
falsafat itu sendiri bukanlah hikmah, tetapi filsafat adalah cinta terhadap
hikmah dan selalu berusaha untuk mendapatkan hikmah. Oleh karena itu, seorang filosof
atau orang yang mencintai hikmah akan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian kepadanya dan menciptakan sikap yang positif terhadapnya. Di samping
itu, dalam mencari hakekat sesuatu, akan berusaha menentukan sebab akibat serta
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Sesuai dengan ruang lingkup filsafat
umum, pembahasan filsafat pendidikan pun dibagi menjadi beberapa bidang
penelitian filsafat, yaitu bidang metafisika (ontologi), bidang epistemologi
dan bidang aksiologi.
1) Metafisika (Ontologi)
Bidang ontologi ini bertugas mencari hakekat segala
sesuatu yang dihadapi, terutama tentang Sang Maha Pencipta, makhluk dan alam
semesta.
Dalam upaya mencari hakekat sesuatu ini, lahirlah ilmu
pengetahuan di bidang keagamaan atau ketuhanan, yang berhubungan dengan
masalah "apa'. Di dalam agama Islam terdapat Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam,
dasamya adalah akidah Islamiyah. Upaya mencari hakekat kebenaran yang didasari
akidah dapat menu.nj ang keteguhan iman dan menuju kepada ketakwaan.
Dasar-dasar pembahasan metafisika meliputi Khalik,
yaitu Allah Sang Maha Pencipta, yang menciptakan alam beserta isinya. Kemudian
mencari hakekat manusia sebagai makhluk Allah yang dibebani kewajiban di dalam
hidup yang bermakna dan bermanfaat. Sebagai bahan dan alat untuk kehidupan
telah disediakan oleh Allah serba lengkap. Selanjutnya, metafisika ini membahas
pula tentanghakekat alam semesta, sebagai bahan dan alai yang dikaruniakan oleh
Allah kepada manusia, untuk bekal dunia maupun akhirat. Agar semua ini
bermanfaat, maka manusia berkewajiban untuk mengolahnya.
2)
Epistemologi
Bidang ini mempelajari tentang hakekat ilmu
pengetahuan, sekaligus memahami pengertiannya, bahwa dengan ilmu pengetahuan
manusia akan memperoleh kemajuan dan peningkatan kesejahteraan hidup, baik
lahir maupun batin. Dalam hal ini diyakini bahwa Allah telah mendidik manusia
tentang apa-apa yang telah diketahuinya. Juga Al Qur'an telah mengajaskan
kepada umat manusia untuk berpikir, menggunakan akal sesuai dengan fungsinya,
untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dalam hal ini, mencari ilmu tersebut
wajib hukumnya bagi umat Islam. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan
menilai sesuatu berdasarkan ilmu yang dimilikinya dari hasil penggunaan akal
pikiran. Dengan demikian ilmu akan berfungsi untuk :
a)
Mengetahui kebenaran dengan
menggunakan dasar wahyu atau ilmu pengetahuan, atau kedua-duanya.
b)
Menjelaskan ajaran dan aqidah
Islamiyah.
c)
Menguasai alam untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
d)
Meningkatkan kebudayaan dan peradaban
Islamiyah.
3)
Aksiologi
Dalam filsafat, aksiolagi berhubungan dengan keilmuan.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh harus memiliki nilai, dan nilai itu harus
berasaskan keagamaan, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang akan
mempengaruhi watak dan sikap tingkah laku terhadap yang menguasainya. Hal
ini berhubungan erat dengan masalah
etika yang ada disekitar kita.
2.
Sasaran
Filsafat Pendidikan
1)
Tujuan
Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Karena
bersifat filosofis, maka hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis
terhadap lapangan pendidikan. Sasaran utamanya adalah tujuan pendidikan,
sebagai jawiban dari pertanyaan "Untuk apa sekolah ini diadakan dan ke
arah mana pendidikan ini akan dibawa". Untuk menentukan tujuan pendidikan
itu, filsafat mengadakan tinjauan yang luas dan mendalam mengenai realita,
dikupaslah pandangan tentang dunia dan pandangan hidup manusia. Akhimya konsep-konsep
dari semua itu dijadikan landasan penyusunan konsep tujuan pendidikan.
Kemudian, dikupas pula mengenai pengalaman pendidik dalam mengembangkan dan
menumbuhkan anak yang berhubungan dengan realita. Semua ini akan dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan diri. Di samping itu dikaji
pula pandangan mengenai hakekat Khalik, makhluk, alam semesta, pengetahuan dan
nilai-nilai. Semuanya dipadukan dalam menentukan kurikulum.
2)
Metode
Apabila tujuan telah dirumuskan sesuai dengan tujuan
filsafat yang dianut, langkah selanjutnya adalah mengupas tentang cara-cara
menerapkan aspek-aspek pendidikan yang terkandung dalam tujuan pendidikan.
Filsafat akan mengadakan pembahasan tentang aku (ego) dan tujuan, lalu dibahas
pula metode apa yang tepat bagi pribadi yang bersangkutan. Misalnya,
berdasarkan ilmu jiwa kepribadian, aliran monisme faham Materialisme
menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaksi, pola reaksinya disampaikan
sebagai stimulus response. Untuk meningkatkan efektivitas tingkah laku manusia
hanya dibutuhkan pengalaman atau latihan (drill). Sedangkan menurut aliran
monisme faham Idealisme memandang bahwa manusia itu asas primemya adalah jiwa,
karena jasmani tanpa jiwa tidak akan berdaya. Maka pendidikan harus
dilaksanakan berdasarkan kodrat dan kebutuhan asas roldaani, untuk membina
rasio, perasaan, kemauan dan spirit manusia.
Dari kedua faham tersebut bisa melahirkan beberapa
metode yang bisa digunakan dalam proses pendidikan, misalnya metode latihan,
metode penugasan, metode ceramah dan sebagainya. Jadi memilih metode pun harus
mengacu kepada tujuanberdasarkan kajian filsafat.
3)
Alat
Pendidikan
Yang dimaksud dengn alat pendidikan ialah segala
sesuatu apa yang dipergunakan dalam usaha mencapai pendidikan. Pendidikan pun
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan fungsinya, alat-alat
pendidikan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
Ø
Alat sebagai perlengkapan.
Ø
Alat sebagai pembantu dalam
mempermudah usaha pencapaian tujuan.
Ø
Alat sebagai tujuan.
Dalam memikirkan alat-alat yang akan dipakai dalam
pendidikan, fungsi setiap alat sebaiknya diperhitungkan. Antara lain,
kematangan anak-anak untuk menerima pendidikan itu, ruangan untuk mentrasfer
ilmu serta waktu yang digunakan.
Berdasarkan taraf-taraf perkembangan anak, alat-alat
pendidikan terbagi atas :
Ø
Alat-alat yang memberi perlengkapan
berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan hapalan. Alat ini dapat disebut
sebagai alat pembiasaan.
Ø
Alat-alat untuk memberi pengertian,
membentuk sikap, minat dan cara-cara berpikir.
Ø
Alat-alat yang membawa ke arah
keheningan batin, kepercayaan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Selain pembagian tersebut, alat-alat
pendidikan dapat pula dibedakan atas :
Ø
Alat-alat langsung, yaitu alat-alat
yang bersifat menganjurkan sej alan dengan maksud usaha.
Ø
Alat-alat tidak langsung; yaitu
alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan
dengan maksud usaha.
Alat-alat langsung disebut juga alat positif, misalnya
segala jenis anjuran, perintah, keharusan. Sedangkan alat-alat tidak langsung
disebut alat negatif, misalnya larangan-larangan, peringatan-peringatan dan
sejenisnya dengan segala akibatnya,. Pembagian yang lain adalah terdidik dan
pendidik. Disamping ketiga hal tersebut, yang termasuk sasaran Filsafat
Pendidikan adalah faktor-faktor pendidikan, dan usaha-usaha mengintegrasikan
ilmu pengetahuan yang mendukung usaha pendidikan.
Filsafat
pendidikan tidak akan terlepas dari kajian Ilmu Filsafat. Filsafat pendidikan
merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang
lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman
maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh
sains pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Uyoh
Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Alfabeta CV. Bandung. 2008
HA Yunus. Filsafat Pendidikan CV. Citra Sarana
Grafika. Bandung. 1999
Radja Mudya
Hardjo. Filsafat Ilmu Pendidikan. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004
Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan
Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang, 1979
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1991
M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila,
Surabaya: Usaha Nasional, 1988
Dr. H. Jalaluddin , Dr. Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, cet. IV
Irvan Jaya
Musrida Batosai, Dasar,
Tujuan, Dan Peranan Filsafat diakses
dari Https://Van88.Wordpress.Com/Dasar-Tujuan-Dan-Peranan-Filsafat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar