MENYIAPKAN GENERASI EMAS DI ERA DISRUPTIF INOVASI
PADA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Oleh: Ana Rohmatulloh, S,Pd., M.Pd
A. Latar Belakang
Belakangan ini kita sering mendengar dan membaca istilah disruptif, bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa disruptif adalah era gangguan. Dimana era ini dianggap merugikan beberapa orang, komunitas, atau lembaga, bahkan sebuah negara. Kita pernah mendengar atau membaca berita tentang perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan atau mengalami gulung tikar. Era disruptif ini tidak dapat dilepaskan dari pesatnya perkembangan teknologi saat ini, dimana keberadaan teknologi memberikan dampak dan warna tersendiri dalam era pembaharuan yang cukup mengguncang peradaban berbagai negara di dunia.
Keberadaan teknologi memunculkan berbagai inovasi dan kebaharuan sehingga meninggalkan sistem konvensional. Moda transportasi taxi dan ojek pangkalan konvensional mulai ditinggalkan dan diganti dengan moda transportasi berbasis aplikasi. Tidak hanya dalam transportasi yang mengalami perubahan namun sudah merambah ke beberapa bidang aspek kehidupan ekonomi seperti situs belanja dan e-money. Koran ditinggalkan beralih pada berita online, dan aspek lainya.
Disruptif terjadi juga dalam pendididkan dimana belakangan ini pendidikan mulai berinovasi dalam melakukan berbagai layanan, hingga muncul MOOCs yaitu belajar atau pelatihan secara online. Era dimana terjadi perkembangan dan perubahan secara signifikan dalam memberikan kemudahan, menjadi alternatif dan efektifitas dalam kehidupan dan meninggalkan kehidupan konvensional. Inilah yang disebut inovasi disruptif (Disruptive Innovation).
B. Disrupsif Inovasi
Disruptive Innovation dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai inovasi yang mengacau. Kata mengacau atau mengganggu pada konteks ini tidak boleh diartikan secara bebas. Namun sejalan dengan perkembangan di era teknologi, maka konteks mengganggu bermakna sebagai munculnya era baru atau inovasi teknologi baru dan memberi dampak pada teknologi lama.
Istilah Disruptive Innovation pertama kali di sampaikan oleh Cristinsen "Disruptive Technologies: Catching the Wave", Harvard Business Review (1995). Disruptif inovasi ini mengambil segmen pasar tertentu yang kurang diminati atau dianggap kurang penting oleh penguasa pasar akan tetapi inovasi ini bersifat terobosan dan mampu meredefinisi suatu sistem pasar yang ada. Munculnya inovasi disruptif ini jika tidak diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha maka dapat menyebabkan kejatuhan.
Gamabar 1. Sustaining Vs Disruptive Innovation
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disruptive innovation adalah sebuah gangguan yang bersifat inovatif dan memunculkan inovasi teknologi baru yang terjadi di berbagai aspek kehidupan di dunia ini dengan tujuan memberikan perubahan yang lebih efisien, efektif dan memudahkan kehidupan manusia dengan ditandainya perkembangan teknologi tepat guna yang sangat masif, sehingga terkadang perubahan inovasi ini memberikan dampak atau ancaman pada kebijakan lama karena munculnya kebijakan baru dengan inovasi barunya.
C. Dampak Disrupsi Inovasi Pada Anak Sekolah Dasar
Disruptif Inovasi dalam perkembangan teknologi informasi berdampak bagi anak sekolah dasar tentunya tak terlepas dari sisi positif dan sisi negatif. Anak – anak pada jenjang SD adalah seorang anak yang belum dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk secara tepat atau sempurna. Mereka masih mudah terpengaruh oleh sesuatu hal yang dipandang baru. Misal permainan game, televisi dan video maupun konten-konten internet dan lain – lain. Berikut sisi positif dan negatif disrupsif inovasi bagi anak SD:
1. Sisi positif: Dapat meningkatkan daya imajinasi anak, meningkatkan kemampuan berbahasa, meningkatkan pola pikir, memudahkan anak untuk memperoleh pengetahuan.
2. Sisi negatif: Menyebabkan penurunan kemampuan akomodasi mata, anak cenderung bersikap individualis, maraknya pergaulan bebas, maraknya isu sara, mengikuti gaya dan trend budaya asing tanpa disaring dahulu, banyaknya kejahatan merasuki pengguna teknologi.
D. Disrupsi Inovasi dalam Pendidikan Sekolah Dasar
Pendidikan sekolah dasar adalah salah satu institusi yang dikenal paling sulit berubah menghadapi terpaan disrupsi. Tak heran jika kondisi dan metode pembelajaran yang hari ini dilaksanakan tak jauh berbeda dengan kondisi seabad yang lalu.
Dari sudut pandang anak didik, tentunya disrupsi datang dari kaum melenial dan neo-melenial atau generasi Z. Generasi ini memiliki ciri perilaku belajarnya berbeda sama sekali dengan generasi sebelumnya. Perubahan perilaku ini tentunya menuntut perubahan yang cepat dan memaksa dalam pendekatan pendiddikan di sekolah dasar.
Asri (2021:3) menyampaikan ada tujuh keterampilan di era disrupsif inovatif:
1. Keterampilan menyampaikan gagasan (tulisan, lisan, visual) menyederhanakan gagasan dan coding literacy
2. Penalaran analisis dan kritis
3. Keterampilan bidang IT
4. Keterampilan komunikasi, akses ke informasi, dan kerjasama
5. Keterampilan operasional yang menuntut coding profisiency
6. Keterampilan manajemen organisasi (Mudah berubah Bentuk)
7. Keterampilan dalam merencanakan dan pengorganisasian dalam kerangka inovasi.
Berdasarkan hal di atas maka tuntutan guru dalam melaksanakan pembelajaran pun juga besar sehingga bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sehari-hari. Sering kita temui setiap ada perubahaan kebijakan terkait, guru-guru seakan-akan kaget dan terkejut sehingga tidak mampu memaksimalkan teknologi pembelajaran dengan baik. Mendikbud Nadiem (2020) menyampaikan disrupsi pendidikian membutuhkan pendekatan yang fresh dan bervisi jauh ke depan.
Disrupsif inovasi ini juga memaksa guru sekolah dasr untuk beradaptasi dengan kondisi secara cepat. Contoh perubahan pembelajaran di masa pandemi covid-19. Guru sekolah dasar yang semula tidak mengetahui apa itu zoom, Google meet, dan bahkan sama sekali tidak memanfaatkan internet dalam pembelajaran, dipaksa untuk melakukan pembelajaran dan memanfaatkan internet dalam pembelajarannya.
E. Menyiapkan Generasi Emas
Generasi masa depan Indonesia atau sering disebut generasi 2045 adalah generasi “berkarakter Generasi Emas” dimana generasi ini diharapkan memiliki sikap positif, pola pikir mendasar, komitmen normatif, kompetensi kemampuan, dan berlandaskan IESQ. Sikap perilakunya mencerminkan nilai pancasila dan nilai kemanusiaan. Karakter generasi emas 2045 ini adalah kekuatan utama membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, besar, maju, jaya, dan bermartabat.
Hal ini sejalan dengan Asri (2021:4) yang menyatakan bahwa generasi unggul adalah generasi yang memiliki kepribadian: berintegritas, kreatif, dan inovatif, sehingga mampu menjawab tuntutan, berhasrat maju, kreatif, sehat, percaya diri, toleran, dan menerima keberagaman.
Sujarwo (2021:3) menyampaikan keterampilan yang dibutuhkan untuk generasi emas: literasi dasar, kompetensi dan kualitas karakter, seperti gambar berikut.
Gambar 2. membangun generasi emas (Sujarwo, 2021:3)
Jika melihat program sekolah generasi emas, tentunya anak-anak yang saat ini menempuh sekolah jenjang Sekolah Dasar adalah tumpuan dan kekuatan utama Indonesia di tahun 2045, dimana pada saatnya nanti anak–anak SD ini memasuki usia produktif yang akan mewarnai Indonesia di masa depan.
Tentunya menyiapkan generasi emas yang unggul tidaklah mudah karena memerlukan komitmen pembaharuan dan kerjasama semua pihak untuk mewujudkannya. Peran semua pihak antara lain pemerintah, sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan program ini.
Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, karena semua komponen pendidikan seperti kurikulum, sarana prasarana, metode, siswa, orangtua, dan lingkungan yang paling menentukan adalah guru. Pendidikan tanpa guru, ibarat ruang tanpa cahaya. Guru memiliki kedudukan yang mulia dan menjadi kunci utama keberhasilan sumber daya manusia di masa depan dari merekah hingga terciptanya generasi emas Indonesia.
Pemerintah memberikan kekuasaan penuh kepada guru untuk menyusun dan mengevaluasi kurikulum. Maka guru di tuntut untuk lebih kreatif, inovatif dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu untuk menyongsong generasi emas Indonesia.
F. Penguatan Pendidikan Nilai Karakter dan Agama
Penguatan pendididkan karakter dan keagamaan merupakan suatu ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya. Karakter dan agama adalah hal dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Pada masa sekarang, banyak kasus kemerosotan moral yang terjadi di Indonesia akibat disrupsi inovasi. Salah satunya adalah dalam dunia pendidikan, bayak peserta didik yang bolos sekolah, menjamur budaya menyontek, kasus tawuran, asusila, dan sebagainya yang diakibatkan dari dampak disrupsi inovasi ini. Hal tersebut karena penanaman karakter dan keagamaan pada peserta didik sangat kurang. Oleh karena itu sangat perlu penanaman karakter dan keagamaan dari siswa sekolah dasar mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat guna membentengi anak dari dampak negatif perkembangan teknologi.
G. Kesimpulan
Disruptive Innovation dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai inovasi yang mengacau. Kata mengacau atau mengganggu pada konteks ini tidak boleh diartikan secara bebas. Namun sejalan dengan perkembangan di era teknologi, maka konteks mengganggu bermakna sebagai munculnya era baru atau inovasi teknologi baru dan memberi dampak pada teknologi lama.
Pendidikan sekolah dasar adalah salah satu institusi yang utama dalam meletakkan dasar keterampilan anak generasi emas yaitu: menyampaikan gagasan, penalaran analisis dan kritis, bidang IT, komunikasi, operasional yang menuntut coding profisiency, manajemen organisasi, perencanakan dan pengorganisasian dalam kerangka inovasi.
Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, karena semua komponen pendidikan seperti kurikulum, sarana prasarana, metode, siswa, orangtua, dan lingkungan yang paling menentukan adalah guru.
Penanaman karakter dan keagamaan dari siswa sekolah dasar mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat guna membentengi anak dari dampak negatif perkembangan teknologi.
Daftar pustaka.
Asri Budiningsih ,(2021). pendidkian karakter berbasis budaya. Yogyakarta: UNY
Belfrik,(2017). grand desain pendidikan karakter generasi emas 2045: journal.uny.ac.id/index.php/jpka.
Christensen Clayton (2011) Disrupting Class; How Disruptive Innovation Will Change the Way the WorldLearns. The McGraw-Hhill Companies
Inka, (2016). pengaruh teknologi terhadap perubahan sikap anak dan motivasi belajar. journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
Regina.(2017).mempersiapkan generasi emas indonesia2045 melalui pendidikan karakter berkualitas: http://ejournal.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/eDikInformatika/article/view/1320
Sujarwo ,(2021). kajian anak, keluarga dan masyarakat. Yogyakarta: UNY
Widya darma,( 2018) inovasi diskruptif (disruptive innovation) dalam pendidikan. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar